Chiang Mai, 01 Juli 2011. Mendarat di Bandara Internasional Kuala Lumpur, lalu beristirahat beberapa jam (lebih tepatnya transit) kemudian melanjutkan perjalanan menuju Chiang Mai. Sungguh suatu pengalaman yang luar biasa bagi kami. Meskipun ada bonus lain tentu saja, yakni sangat melelahkan. Namun, penat, pegal dan linu terhapus oleh antusiasme dan semangat membara untuk bertualang.
Dan, yang paling terasa istimewa bagi kami adalah penjemputan spesial di bandara saat tiba di bandara Chiang Mai, bagi sebagian orang yang terbiasa dijemput dibandara mungkin hal tersebut adalah kejadian yang lumrah. Tapi bagi kami terasa sangat spesial karena merupakan pengalaman pertama. Ditambah dengan kendaraan yang bagus, lalu melalui jalan yang bebas hambatan walau bukan jalan tol. Imaji sebagai seorang pejabat terus menggelayut dalam hayalan, apalagi kejadiannya di negeri orang. Seluruh helai rambut seolah berdiri dan kepala rasanya mengembang.
Larut dalam imaji, kami tak ingin membuyarkannya dengan melakukan perbandingan dengan kondisi di negeri sendiri. Anda pasti paham kan? Seperti apa rasanya naik angkot, bis dan apalagi kereta kelas ekonomi. Olehnya, merasakan dijemput secara sangat 'privat' dan terjadi tidak di wilayah ibu pertiwi, membuat kami merasa sangat keren.
Walaupun larut dalam imaji, dan kami terus berusaha menjaga intensitasnya, tetap saja ia buyar. Mungkin sudah bawaan alami, bahwa banyak manusia suka melakukan perbandingan. Dan, kami tidak luput dari karakter itu. Mengingat kembali bagaimana 'perjuangan' kami menuju Jakarta dari Yogya. Menumpang kereta api kelas ekonomi. Tanpa tempat duduk. Semalaman kami melantai dari Stasiun Tugu hingga Stasiun Jatinegara Jakarta Timur.
Kondisi yang kami dan sebagian besar penumpang lainnya harus terima, karena sudah berlangsung lama dan dianggap sudah biasa. Kita yang hidup di tanah surga seperi kata Koes Plus, sudah terbiasa dengan keadaan yang sulit dan semrawut. Sehingga terjepit dan berdesakan di dalam kereta bukanlah merupakan sebuah derita bagi beberapa orang.
Mengembalikan hayalan yang buyar. Kami berandai-andai, mungkin banyak masyarakat akan protes.Jika suatu saat nanti, angkutan massal seperti kereta api memberikan pelayanan yang istimewa. Kereta api, meskipun kelas ekonomi, tetapi hanya mengangkut penumpang sesuai kapasitas tempat duduk yang ada. Lalu dilengkapi dengan fasilitas yang membuat penumpang semakin merasa aman dan nyaman selama berada di dalam kereta. Mereka mungkin akan menuntut untuk dikembalikan ke situasi dimana terjepit dalam gerbong kereta, terinjak oleh pedagang asongan, tersenggol gitar pengamen atau sesekali kehilangan barang bawaan. Sekali lagi mungkin.
No comments:
Post a Comment