Chiang Mai, 03 Juli 2011. Tinggal di dormitori yang nyaman, bersih dan suasana yang asri sungguh sangat menyenangkan. Setiap pagi, saat teman-teman peserta 'short course' masih terlelap, seorang petugas kebersihan dormitori, dengan telaten dan penuh kesungguhan membersihan tempat kami bermukim. Karena kebersihannya dijaga setiap hari. Maka, tidak pernah ada penghuni yang mengeluhkan persoalan sampah ataupun kebersihan dormitori, juga aroma yang tak sedap. Sekali lagi. Sungguh sangat nyaman menempatinya. Kami sangat menikmati.
Kondisi yang jarang kami temui di negara (kampung) halaman, terkecuali mungkin di hotel, entahlah. Terus kebersihan beberapa kampus di Indonesia? Anda yang punya referensi yang mungkin lebih lengkap. Kami hanya mencoba mengenang bagaimana kampus kami saat S1 di Tamalanrea (iya betul, kampus merah Unhas). Sebagai kampus terbesar di Indonesia bagian tengah dan timur.
Pasti dong kami merasa bangga dengan menjadi bagian (mahasiswa) di dalamnya. Tetapi jangan tanya kalau soal kebersihannya, kami akan sangat jauh dari merasa terkesan apalagi bangga. Kami, dan hampir semua mahasiswa yang sejaman sepertinya memiliki memori yang serupa jika terkait dengan kebersihan kampus. Dan, kalau anda salah satu dari generasi tersebut, tentunya tebakan anda tidak akan jauh meleset. Apakah itu? Yup! Betul sekali. Bau tidak sedap yang bersumber dari hampir semua toilet yang ada. Aroma yang bisa tercium hingga jarak yang cukup jauh.
Karenanya, pernah suatu waktu dosen kami berkelakar begini; "Kalau ingin mencari toilet di kampus ini, jangan mencarinya dengan mata. Tetapi gunakanlah hidung anda, pasti akan lebih mudah menemukannya". Semoga, kondisi tersebut kini telah banyak berubah.
Meskipun dormitori kami bermukim nyaris sempurna fasilitas dan suasananya, tentunya sebagai manusia biasa (yang banyak tuntutan, hehe) kami merasa ada yang kurang. Dasar manusia! Begitu sering kami dengar celoteh beberapa teman kami. Suatu waktu, salah seorang kawan yang berasal dari Yunan University mengeluhkan tidak adanya layanan jaringan inetrnet gratis bagi kami. Baginya, no internet no life, begitu jawabnya menguatkan alasan keluhannya, saat seorang kawan yang lain dari Syiria iseng bertanya. Fasilitas yang memang tidak diberikan oleh pihak kampus bagi dormitori untuk student lokal. Tapi iya juga ya. Kami kan International student, kenapa mereka menempatkan kami di 'local dormy', entahlah.
Karena keluhan tersebut, maka kami lalu dipindahkan ke dormitori Internatonal student. Kami menempati kamar yang sebelumnya ditempati oleh mahasiswa asal Filipina. Ia 'diungsikan ke ruangan yang lain untuk sementara demi 'memfasilitasi' kami. Ternyata, jumlah mereka (mahasiswa Filipina) yang sangat sedikit membuatnya begitu mudah untuk dipindahkan ke sana ke mari, dibandingkan kami peserta short course. Situasi yang bagi kami tak asing menyaksikan 'penyingkiran' kelompok minoritas untuk memberikan 'kenyamanan' bagi kelompok mayoritas.
No comments:
Post a Comment